Brownies Rumahan yang Kelezatannya Sampai Negeri Singa
Tidak hanya Bandung saja yang terkenal dengan kue browniesnya. Rupanya di daerah Bekasi Timur, tepatnya di Perumahan Taman Narogong Indah kue brownies bisa dibilang menjadi sentra produksinya. Pasalnya di perumahan tersebut ada sekitar 20 tempat usaha pembuatan kue bantat ini. Meski hanya berskala rumahan, kelezatannya kue brownies Narogong sudah tersebar sampai seluruh Jabodetabek, bahkan telah sampai Singapura.
JIKA berkunjung ke Bandung, satu hal yang mungkin tidak pernah dilupakan adalah membawa buah mata semacam oleh-oleh. Satu dari sekian banyak buah tangan dari Bandung tidak lain adalah brownies. Kue coklat yang biasanya dikukus bantet sehigga menghasilkan tekstur yang agak keras ini benar-benar begitu populer di kota kembang tersebut. Dengan mudah diberbagai sudut kota, menemukan pedagang yang menjajakan kue brownies yang rata-rata kebanyakan berlabel Amanda.
Jika melangkahkan kaki ke perumahan Taman Narogong Indah, Rawa Lumbu, Bekasi. Kondisinya tidak jauh berbeda seperti halnya di kota Bandung. Kue brownies begitu populernya dan sangat digemari warga sekitar. Sehingga tidak mengherankan disepanjang jalan perumahan dengan mudah menemukan outlet-outlet yang menjajakan kue ini.
Berbeda dengan yang ada di Bandung, bisa dibilang hanya ada satu merek kue brownies yang terkenal. Justru kalau di Taman Narogong, ada sekitar 17 merek kue brownies. "Oleh karena itu taman Narogong bisa dibilang sentra untuk kue brownies karena di sini banyak yang buatnya meski berskala rumahan," jelas Auza'i, pemilik Furiz Brownies.
Sebut saja seperti Furiz Brownies, Echo's Brownies, Han's Brownies, Endysa's, Maulin's, Fadila, Kitari, Ellys, Lariso dan lain-lainnya. "Di sini yang pasti pelanggan lebih banyak pilihan untuk membeli kue brownies," kata Auza'i yang juga menjabat Ketua Himpunan UKM Makanan dan Minuman Kota Bekasi.
Auza'i atau lebih akrab dipanggil Ja'i menuturkan mencuatnya nama Taman Narogong menjadi sentra kue brownies mulai tumbuh dan berkembang sejak tahun 2004. Awalnya ada salah seorang warga bernama Tatang, salah seorang pegawai bank nasional yang mengajarkan keahliannya membuat kue bantat ini kesejumlah warga. "Dulu saya ikut bantu sekitar tiga bulan dipabriknya, setelah itu saya usaha mandiri dengan mendirikan Furiz Brownies. Ini terus berkembang sampai sekarang dan diikuti sejumlah warga di sini," tuturnya.
Rata-rata usaha pembuatan kue brownies di Narogong adalah skala rumahan. Dengan menjadikan rumah tempat pembuatan kuenya, dengan tenaga kerja yang terbatas. "Ini di tempat saya hanya berdua, saya dan istri yang mengerjakan. Ini juga masih dibilang sampingan," tutur Mansyur, pemilik Echo's Brownies.
Tapi ini menjadi hal yang unik, pasalnya aktivitas kegiatan membuat kue dapat terlihat dari luar rumah. Meski demikian, jangan sangsikan soal mutu dan kualitas produk kue brownies bikinan Narogong. Sebagian besar produk usaha rumahan ini rata-rata sudah mempunyai sertifikat halal dan izin dari Departemen Kesehatan. "Apalagi soal mutu rasa, ngak kalah sama buatan di Bandung. Bisa dicoba," kata Mansyur sambil promosi.
Oleh karena semakin harumnya kue brownies dan lapis legit buatan Narogong, dalam kurun waktu singkat beberapa BUMN kepincut untuk meminang sebagain beberapa usaha rumahan ini untuk dijadikan salah satu binaanya. Telkom, PLN, dan Jasa Marga cabang Jakarta-Cikampek adalah contoh beberapa BUMN yang membina para pengusaha brownies ini. "Alhamdulilah saya menjadi binaan dari Jasa Marga, dimana dibantu dari segi dana. Terakhir platfon saya sudah Rp 15 juta," kata Auza'i.
Saking kondusifnya iklim usaha brownies ini, pemerintah Bekasi sendiri kemudian ikut memfasilitasi dalam kemajuan industri ini. Salah satunya dengan pengurusan izin usaha melalui Dinas Perekonomian dan Koperasi serta hak kekayaan intelektual merek dagang atau hak paten.
Dengan kelengkapan atribut tersebut, tentunya semakin memperlancar segala usaha brownies ini. Harum lezatnya kue brownies tidak hanya dinikmati warga sekitar Bekasi dan Jabodetabek. Bahkan, kini telah sampai ke negeri tetangga yakni Singapura. "Selama dua tahun ini, ada pelanggan dari Singapura yang bawa brownies saya untuk di jual di sana. Masih sedikit sih jumlahnya sekitar 250 dus," kata Auza'i.
Nah, kalau sudah begini mungkin sebentar lagi brownies akan menjadi buah tangan oleh-oleh khas Bekasi. "Banyak tamu dari pemda Bekasi yang di bawa ke sini. MIsal kemarin rombongan DPRD Tulungagung membeli brownies sebagai oleh-olehnya," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar