Sabtu, 29 Agustus 2009

Sentra Budidaya Ikan Hias, Ciganjur (1)

Pusat Pemasok Ikan Hias Wilayah Jabodetabek

Komplesk perikanan DKI, Ciganjur sejak lama sudah dikenal sebagai pusatnya budidaya ikan hias untuk wilayah Jakarta khususnya untuk ikan mas koki, mainfish, dan cupang. Sekurangnya ada 33 petani yang membudidayakan ikan hias di wilayah ini. Tidak mengherankan jika kawasan ini kemudian menjadi referensi pembeli dalam memburu ikan hias. Sejumlah pedagang ikan hias dari sejumlah pasar ikan Jakarta, juga menjadikan kawasan ini menjadi tempat sentra pemasok kebutuhan ikan hias warga Jakarta.


TEPAT di penghujung jalan MOhammad Al Kahfi, Ciganjur, Jakarta Selatan. Ada sebuah kawasan komplek pemukiman yang lain dengan komplek yang secara yang ada disekitarnya. Depan pintu masuk komplek, papan nama besar bertuliskan Dinas Pertenakan Perikanan dan Kelautan Upt Balai Budi Daya Perikanan Pemda DKI akan menyambut siapa saja yang masuk kawasan ini.

Sesuai dengan tulisan di pintu gerbang, komplek pemukiman yang kemudian lebih dikenal dengan nama Komplek Perikanan DKI ini. Tidak lain merupakan pusat pembudidayaan ikan untuk wilayaj DKI Jakarta.

Oleh sebab itu, ketika masuk komplek perikanan ini bukan rumah-rumah warga yang memadati setiap jengkal lahan. Justru, kolam-kolam ikan dengan beragam jenis ikan di dalamnya. "Satu warga memiliki paling sedikit ada lima kolam," jelas Pak Soheh salah satu warga Komplek.

Keberadaan komplek perikanan DKI di Ciganjur ini, tidak lepas dari peran gubernur DKI era ALi Sadikin. Dibangun sekitar tahun 1977, yang secara khusus diperuntukan untuk menampung sejumlah petani ikan asal daerah Kuningan, Jakarta Pusat.

"Warga komplek sini semuanya warga yang kena gusur di Kuningan. Kebetulan dulu daerah kuningan banyak warga yang jadi petani ikan, selain itu juga sapi yang juga ikut digusur," jelas Pak Soheh.

Menempati lahan sekitar 10 hektar, tidak kurang ada 33 petani pindahan dari daerah Kuningan yang kemudian menetap dan tinggal di komplek perikanan DKI Ciganjur. Tiap petani mendapatkan sebidang petak tanah tidak lebih sekitar 1000 meter yang secara khusus diperuntukan untuk dikelola baik sebagai tempat tinggal maupun kembali membudidayakan ikan.

Namun, 1000 meter tanah yang diberikan ke warga bukan secara cuma-cuma. Tanah tersebut sifatnya sewa kepada Pemda DKI. Dalam setahun, warga diwajibkan membayar sekitar Rp 600 ribu.

"Dulu kita cuma diberi tanah kosong aja dan itu pun sewa. Sehingga tidak semua petani yang kena gusuran di Kuningan mau pindah tinggal di Komplek ini karena butuh modal gede. Padahal dulu jumlah petani ikan itu banyak sekali," pak Soheh.

Secara umum, jenis ikan yang dibudidayakan di komplek perikanan DKI adalah jenis ikan hias. Ada tiga jenis ikan hias yang paling banyak dibudidayakan yakni ikan mas koki, dari jenis kepala singa, rancu, mata balon, celestia, butterfly, panda, oranda, sampai mutiara. Kemudian ikan mainfish dari jenis black dan serigala, serta ikan cupang dengan jenis biasa dan atmon.

"Tiap warga paling sedikit punya 10 kolam tempat budidaya ikan. Itu bisa menghasilkan ribuan ikan hias baik dari usia bayi misal satu bulan sampai yang sudah indukan," jelas Saipunnizar, salah satu petani di komplek perikanan Ciganjur.

Dengan sekian banyak jumlah ikan hias yang dihasilkan, tidak salah jika tempat ini menjadi referensi sejumlah pedagang ikan hias dari Jabodetabek bahkan sampai luar kota. "Pembeli banyak dari pedagang pasar eks Barito, Jatinegara, Radio Dalam. Selain itu juga ada datang dari Jawa dan Sumatera yang datang ke sini baik pedagang atau para pehobbi," tutur Saipun.

Salah satu pedagang ikan hias eks pasar Barito, Anto saat ditemui Kontan di komplek perikanan DKI Ciganjur mengatakan bahwa dirinya dalam satu minggu dua atau tiga hari selalu belanja ikan di kompleks. "Sekali beli dua atau tiga ekor ikan mas koki yang udah jadi. Itu nilainya bisa Rp 100 ribu satu ekornya," jelasnya.